Kamis, 06 Juni 2013

Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam Di Indonesia


Dibawah ini adalah Rangkuman Proses dan Berkembangnya Agama Islam Di Indonesia yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan IPS Di SD 2 oleh : Alfiska Oktayati, Puti Ekowati Utami, Rahmadhani Annisa Nurbaeti, Hani Rahayu dan Apriliani.

Adapun Rangkuman Proses dan Berkembangnya Agama Islam Di Indonesia:


Sejarah masuknya agama Islam ke Indonesia melalui dakwah yang damai dan bukan dengan ketajaman mata pedang.   Akan tetapi sejauh menyangkut kedatangan Islam di Indonesia terdapat diskusi dan perdebatan panjang di antara para ahli, mengenai tiga masalah pokok, tempat asal kedatangan Islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya.  

Islam menyebar di India dan semenanjung Arab hingga ke Malaya dan masuk ke Indonesia. Pada beberapa daerah, Islam disebarkan melalui penaklukkan, akan tetapi di Asia Tenggara Islam disebarkan oleh para pedagang dan aktivis mistis (tasawuf).  Dalam pelbagai literatur yang ada, banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai tiga persoalan di atas, namun di sini hanya akan dikemukakan beberapa masalah saja.

Seorang penulis berkebangsaan Barat, Thomas W. Arnold menjelaskan bahwa Islam  telah dibawa ke Nusantara oleh pedagang-pedagang Arab sejak abad pertama hijriah, lama sebelum adanya catatan sejarah. Pernyataan ini diperkuat dengan adanya perdagangan yang luas oleh orang-orang Arab dengan dunia timur sejak masa awal Islam.

Di dalam Tarikh China, pada tahun 674 M, terdapat catatan tentang seorang pemimpin Arab yang mengepalai rombongan orang-orang Arab dan menetap di pantai barat Sumatera. Kemudian berdasarkan kesamaan mazhab yang dianut oleh mereka (pedagang dan muballigh) anut, yaitu mazhab Syafi’i. Pada masa itu mazhab Syafi’i merupakan mazhab yang dominan di pantai Corromandel dan Malabor ketika Ibnu Batutah mengunjungi wilayah tersebut pada abad ke-14.  Dalam pernyataan di atas, Arnold mengatakan bahwa Arabia bukan satu-satunya tempat asal Islam dibawa, tapi juga dari Corromander dan Malabar.  Versi lain yang dipaparkan oleh Azra yang mengutip beberapa pendapat dan teori sarjanawan, kebanyakan sarjana Belanda yang berpegang pada teori yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara berasal dari anak Benua India bukan Persia atau Arab. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah Pijnappel, seorang pakar dari Leiden. Dia mengaitkan asal muasal Islam di Nusantara dengan wilayah Gujarat dan Malabar. Menurut dia, adalah orang-orang yang bermazhab Syafi’i yang bermigrasi dan menetap di wilayah India tersebut yang kemudian membawa Islam ke Nusantara. Teori ini dikembangkan oleh Snouck Hourgronye.  

Moquetta, seorang sarjana Belanda lainnya, berdasarkan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa tempat asal Islam di Nusantara adalah Cambay, Gujarat. Dia berargumen bahwa tipe nisan yang terdapat baik di Pasai maupun Gresik memperlihatkan tipe yang sama dengan yang terdapat di Cambay, India.  Teori-teori di atas kelihatan berbeda, namun mempunyai beberapa persamaan, yaitu Islam dibawa oleh pedagang Arab dan sama-sama menganut mazhab Syafi’i. Perbedaannya ialah, Arnold mengatakan bahwa pedagang itu ada yang langsung dari Arabia dan ada yang berasal dari Corromander dan Malabar, sementara pendapat yang dikutip Azra menjelaskan bahwa para pedagang ini berasal dari anak benua India.

Selain dari itu, seminar yang dilaksanakan di Medan pada tahun 1963, tahun 1978 di Banda Aceh, dan tanggal 30 September 1980 di Rantau Kuala Simpang tentang sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, menyimpulkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad I H langsung dari tanah Arab melalui Aceh.  Kemudian daerah yang pertama kali didatangi Islam ialah pesisir Sumatera. Para muballigh itu selain sebagai penyiar agama juga merupakan pedagang. Dan penyiaran Islam di Indonesia dilakukan secara damai.  

Beberapa teori lain, sebagaimana yang dihimpun oleh Muhammad Hasan al-Idrus menjelaskan dua teori yang berbeda yang bertolak belakang. Teori pertama diwakili oleh sarjanawan Eropa yang menjelaskan bahwa Islam pertama kali masuk ke Indonesia pada sekitar abad ke-13 M, ketika Marcopolo singgah di bagian utara pulau Sumatera pada tahun 1292 M.  Teori kedua, adalah teori yang dikemukakan oleh beberapa sarjanawan Arab dan Muslim, antara lain Muhammad Dhiya’ Syihab dan Abdullah bin Nuh yang menulis kitab al-Islam fi Indonesia, serta Syarif Alwi bin Thahir al-Haddad seorang mufti kesultanan Johor Malaysia dalam kitabnya yang berjudul al-Madkhal ila Tarikh al-Islam fis Syarqi al-Aqsha, keduanya menolak teori yang dikemukakan oleh para sarjanawan Barat yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Asia Tenggara  khusunya ke Malaysia dan Indonesia pada abad ke-13 M. Mereka meyakini bahwa Islam masuk pada abad ke-7 M, karena kerajaan Islam baru ada di Sumatera pada sekitar akhir abad ke-5 dan ke-6 H. Hal ini mereka pertegas dengan mengemukakan beberapa bukti, antara lain tentang sejarah kehidupan seorang penyebar agama Islam di Jawa yakni Seikh Muhammad Ainul Yaqin (Sunan Giri) bin Maulana Uluwwul Islam Makhdum lahir pada tahun 1355 tahun Jawa. Sedangkan ayahnya masuk ke Jawa setelah masuknya Sayrif al-Husein raja Carmen pada tahun 1316 tahun Jawa. Setelah itu masuk Raden Rahmat, seorang penyebar agama Islam di Jawa Timur pada tahun 1316 tahun Jawa.  

Satu lagi teori yang dikutip oleh Azra adalah bahwa Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad ke-13 M melalui kegigihan para kaum sufi yang mengembara dan melakukan penyiaran Islam secara ataraktiv, khusunya dengan menekankan kesesuaian Islam dan komunitas daripada perubahan dalam praktek kepercayaan lokal. Mereka juga mengawini putri para penguasa pada masa itu untuk mempermudah pengembangan Islam. Faktor pendukung lainnya adalah tasawuf yang memang telah ada sebagai sebuah kategori dalam literatur sejarah Melayu khususnya di Nusantara pada waktu itu.  Teori versi Indonesia menjelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedangan dari Persia, Arab dan India melalui pelabuhan penting, seperti pelabuhan Lamuri di Aceh, Barus dan Palembang di Sumatera sekitar abad I H/7 M.  

Dari beberapa teori di atas dapat diketahui bahwa, sesungguhnya ada perbedaan dikalangan sejarawan dalam melihat kapan dan dari mana Islam masuk ke Nusantara untuk pertama kalinya. Namun perbedaan-perbedaan tersebut tidak sampai mengaburkan tentang ada dan berkembangnya agama Islam di Nusantara ini, sebagai salah satu wilayah yang mayoritas penduduknya adalah muslim.

Ajid Thohir menjelaskan lebih lanjut, mengemukakan pengamatannya bahwa agama Islam yang diterima oleh bangsa Indonesia itu sebelumnya sudah mengalami proses penyesuaian dengan agama Hindu, sehingga dengan mudah dapat menyelaraskan dirinya dengan agama Hindu campuran yang ada di Jawa dan Sumatera. Dengan demikian, tampak bahwa Islam di Indonesia lebih banyak menonjol aspek mistik dari pada aspek hukum sebagai corak aslinya. Ini dapat dimaklumi mengingat peranan mistik dari masa pra-Islam dan ajaran dari Hindu-Budha sangat besar pegaruhnya sebelum datangnya Islam. Oleh karena itu, para penyebar Islam seperti Wali Songo di Jawa menggunakan media yang komunikatif dalam dakwahnya, misalnya dengan menggunakan wayang. 
Berikut Awal Penyebaran Islam di Indonesia :
  1. Perdagangan dan Perkawinan 
  2. Dengan menunggu angina muson (6 bulan), pedagang mengadakan perkawinan dengan penduduk asli. Dari perkawinan itulah terjadi interaksi social yang menghantarkan Islam berkembang (masyarakat Islam). 
  3. Pembentukan masyarakat Islam dari tingkat ‘bawah’ dari rakyat lapisan bawah, kemudian berpengaruh ke kaum birokrat (J.C. Van Leur). 
  4. Gerakan Dakwah, melalui dua jalur yaitu: Ulama keliling menyebarkan agama Islam (dengan pendekatan Akulturasi dan Sinkretisasi/lambing-lambang budaya). dan Pendidikan pesantren (ngasu ilmu/perigi/sumur), melalui lembaga/sisitem pendidikan Pondok Pesantren, Kyai sebagai pemimpin, dan santri sebagai murid.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar