Rabu, 12 Juni 2013

Gagasan Pembaharuan Dalam Pendidikan IPS

Pendidikan IPS antara Tradisional dan Gagasan Pembaharuan
Sebenarnya sangat sukar untuk menyebutkan bahwa suatu gagasan atau pelaksanaan pendidikan itu sebuah pembaharuan (inovasi). Misalnya pendekatan inkuiri dalam Pendidikan IPS sudah dilaksanakan sejak zaman Aristoteles, yaitu pada saat Aristoteles menerapkan metode induktif, eksperimen, dan hipotesisnya.
Pada pembahasan ini kita akan memulai dari tahun 1970, alasannya adalah karena pd tahun 1970 lah IPS mulai dikenal di Indonesia

Gagasan Pembaharuan Sejak Tahun 1970-an
Beberapa contoh konsep pembaharuan yang ada antara tahun 1970-1992
  1. Batasan dan jati diri IPS-PKN (1970)
  2. Pendekatan antar-disipliner, cross-disipliner, dan trans-disipliner dalam menyusun bahan pendidikan untuk pendidikan dasar & menengah (1970)
  3. Pendekatan pemecahan masalah dan inkuiri (1980)
  4. Pendekatan “hukum pareto” dalam menyusun kurikulum Pendidikan IPS (1992).

Kendala-kendala dalam Pembaharuan Pendidikan IPS
Kendala dalam suatu pembaharuan baik itu dalam pembangunan atau ilmu pengetahuan adalah mentalitas manusianya, selain itu juga ada pengaruh kebudayaan malu, dan kebiasaan tidak kritis dalam berpikir yg berakibat pada selalu terkendalanya suatu pembaharuan. Selain itu juga penyusunan bahan pendidikan yg menggunakan pendekatan inter-, cross-, dan trans-disipliner masih kurang dikembangkan dng sunguh-sungguh. Karena pendidikan yg lebih realistik adalah pendidikan yg mencegah verbalisme, juga dimaksudkan untuk mengembangkan berpikir integratif (integrative thinking) dalam proses pengambilan keputusan dan keterampilan pemecahan masalah. Hambatan-hambatan dalam Pembaharuan PIPS :
  1. Keterampilan berpikir kritis yg kurang pd setiap individu.
  2. Buku pelajaran sebagai sumber pembelajaran pada tingkat pendidikan dasar & menengah tidak mengikuti alur pendekatan proses pengambilan keputusan dan pendekatan pemecahan masalah (problem solving).
  3. Sikap administrator pendidikan, mana kala administrator pendidikan kurang memberikan perhatian terhadap gagasan pembaharuan apalagi pelaksanaannya, maka praktis pembaharuan itu akan tidak berkembang, yang berarti gagal.
  4. Dukungan kebijakan dalam pelaksanaan sistem pendidikan serta fasilitas pendukung pendidikan yg tdk memadai & selalu berubah-ubah. Fasilitas pendukung pendidikan tersebut seperti: Kelayakan fasilitas pendidikan, Biaya, dan Kualitas pendidik yg kurang.
  5. Dukungan psikologis dari lingkungan dan administrator pendidikan.

Konteks dan Relevansi Pembaharuan Pendidikan IPS
Pada materi ini kita akan membahas mengenai :
  1. Pembaharuan dan pelaksanaan pendidikan khususnya Pendidikan IPS pada tingkat pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi sejak tahun 1961 sampai sekarang.
  2. UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
  3. Studi komparatif proses dan hasil pendidikan antara Jepang dan Amerika Serikat (1992).
  4. Kecenderungan Pendidikan IPS dalam forum internasional, yaitu Konfrensi NCSS ke-72 di Detroit, Michigan tahun 1992.

Tujuannya agar kita membiasakan diri dan bersikap dalam pola dialog kreatif (creative dialogue) dalam suatu masyarakat ilmiah dalam rangka menghasilkan pikiran dan pelaksanaan pendidikan yang terbaik menurut kita.

Pembaharuan Pendidikan IPS yang Jalan di Tempat
Sejak tahun 1960 sampai sekarang ini, pembaharuan kurikulum (Pendidikan IPS) sudah berkali-kali dilakukan dalam lingkungan pendidikan dasar & menengah. Serangkaian pebaharuan tersebut hampir selalu berkisar pd kegiatan sebagai berikut:
  1. Menambah, mengurangi & mengelompokkan mata pelajaran tanpa mempermasalahkan substansi & faculty culture disiplin ilmu dng hubungan fungsional pendidikan disiplin ilmu.
  2. Mengutak-atik komposisi jumlah muatan materi dlm pembelajaran Pendidikan IPS baik itu pendidikan dasar & menengah menurut keinginan Dirjen Dikti & Konsorsium Ilmu Pendidikan.
  3. Melontarkan berbagai konsep pendidikan seperti mastery learning, student active learning (CBSA), modular instruction, mengadakan program mayor-minor, kembali kemayor saja, kembali ke mayor-minor (dengan istilah lain), kemudian pendekatan fleksibel secara horizontal & vertikal, lalu yg baru-baru ini wacana mengenai pendekatan kontekstual & konstruktivisme yg akan dilaksanakan melaui kurikulum 2013.

 Perbandingan Pendidikan Amerika dan Jepang
Amerika
Jepang
Pada tahun 1960 pendidikan di Amerika sdh lbh jauh dibandingkan Jepang.
Pada tahun 1960 Jepang masih disibukkan oleh penataan politik negara.
Pendidikan di Amerika Serikat, berorientasi pada Rekonstruktionisme dengan tekanan pada progressivisme dari Jhon Dewey
Pendidikan Jepang berorientasi & menganut paham filsafat pendidikan Rekonstruktionismedengan tekanan pada progressivisme & essentialisme.
Kurikulumnya di Amerika Serikat menekankan pd kegiatan ekstra-kurikuler & diberi tempat yg luas sehingga sering mengganggu kegiatan intra-kurikuler atau aspek akademik.
Kurikulumnya menekankan pd intra-kurikulum/akademis, sedangkan ekstra-kurikulum tdk terlalu diperhatikan, yg utama ialah bagaimana agar siswa selalu memiliki motivasi untuk belajar & bekerja keras
Student employement di Amerika Serikat untuk mata pelajaran IPS, Matematika & IPA untuk pendidikan dasar dan menengah berada pd peringkat ke 13 dikalangan negara-negara industri (hampir yang paling bawah) & rata-rata mengerjakan pekerjaan rumah (PR) hanya 1 jam saja .
Student employement di Jepang sedapat mungkin ditekan karena akan mengganggu konsentrasi pd pelajaran. Semuanya dilakukan dng disiplin baik dlm kerja kelompok maupun hubungan dng sensei (guru), stasiun Ueno di tokyo selalu penuh dng anak-anak usia sekolah, bukannya akan ke Disneyland, melainkan untuk menuju tempat memperoleh pelajaran tambahan IPA & Matematika. Rata-rata mengerjakan pekerjaan rumah (PR) 5 jam setiap harinya.

Nilai Belajar dan Mutu Pendidikan
Begitu pentingnya pendidikan dan proses belajar-mengajar maka pendidikan di Indonesia pada dasarnya berorientasi pada pendidikan di Amerika (walaupun dasarnya Pancasila), dengan aneka ragam dan rumitnya pendidikan merasakan pentingnya adanya proses political will yang kuat dari semua pihak. Masalah pendidikan di Indonesia bukan hanya persoalan mendirikan SD Impres dan pembangunan pendidikan lainnya, melainkan harus lebih dari itu.
Amerika Serikat, demikian juga Indonesia, sangat kaya dengan filsafat pendidikan dan konsep-konsep Pendidikan IPS. Akan tetapi karena kurang berkembangnya dialog kreatif dan tidak menyambungnya “the talkative innovator” dengan pelaksanaan pendidikan di lapangan, yaitu guru sebagai pengajar “the majority of the followers”, maka perkembangan mutu pendidikan kurang menggembirakan.

Isu-isu Pendidikan di Indonesia
Salah seorang ilmuan Islam dan sekaligus seorang sufi yang hidup sekitar 1100 tahun yang lalu. Nama aslinya adalah ABU YOUSUF YAQUB IBN ISHAQ AL-KINDI lahir di Kufah sekitar tahun 800 M. Al-Kindi adalah seorang filsuf, matematikawan, fisikawan, astronom, dokter, geografi dan bahkan seorang ahli dalam musik. Dalam dunia pendidikan kita tidak perlu menolak apabila ada yg cocok untuk memperkaya Pendidikan IPS di Indonesia. Al-Kindi menyatakan :“Bagi kita baik sekali untuk tidak malu-malu mengakui kebenaran dan menyesuaikan diri kepadanya dari manapun ia datang. Bagi orang yang menjungjung tinggi kebenaran tidak ada yang lebih bernilai dari kebenaran itu sendiri. Kebenaran tidak akan menurunkan atau merendahkan orang-orang yang mempercayainya”.
Karena itu, dalam hubungannya dengan perkembangan di Amerika Serikat dan pembaharuan Pendidikan IPS di Indonesia, kita perlu menjawab secara kreatif isu-isu pendidikan yang bersumber dari tujuan pendidikan nasional kita sebagaimana tercantum dalam UU No.2  Tahun 1989, yaitu:
  1. Dalam menanggapi filsafat pendidikan Jepang dan Amerika Serikat serta hasil pendidikannya, bagaimana sikap pendidikan Pancasila dalam pembaharuan Pendidikan IPS di Indonesia? Bagaimana pula kita menanggapi perbedaan faham antara ”intellectus quarensfidem” dan “fides quarens intellectum”?
  2. Bagaimana posisi pendidikan Pancasila dalam perkembangan struktur disiplin ilmuilmu sosial yang sekuler?
  3. Bagaimana non-functional knowledge dan masalah-masalah akan diorganisasikan dalam bahan pendidikan, baik yang berorientasi pada mono-, inter-, cross dan trans-disipliner agar mendukung tujuan pendidikan nasional.
  4. Bagaimana pendidikan IPS dan Pendidikan Kewarganegaraan yang berlandaskan Pancasila akan menggunakan berpikir integratif menuju pada terciptanya warga negara yang bermutu?
  5. Bagaimana agar kerja keras dan motivasi bisa ditumbuhkan dalam pribadi peserta didik dan pendidik agar kualitas pendidikan makin meningkat?
  6. Bagaimana penelitian dalam ilmu-ilmu sosial dan Pendidikan IPS seperti membaca, tugas perkembangan peserta didik, metode mengajar, dan evaluasi dapat membantu secara nyata para guru agar terbiasa belajar dengan motivasi yang tinggi dan sikap kerja keras itu bisa terwujud?
  7. Langkah-langkah perkembangan kurikulum dan pembaharuan Pendidikan IPS yang bagaimanakah yang dapat menjamin tumbuhnya kerja keras dan motivasi pada peserta didik-guru yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu pendidikan?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar