Minggu, 09 Juni 2013

Analisis Tawuran Antar Pelajar SMA 70 Dan SMK 712 Jakarta

Dibawah ini adalah video Analisis Tawuran Antar Pelajar SMA 70 Dan SMK 712 Jakarta (Download), dari Bapak Ibnu Hurri, H.S.Sos. adapun Analisis video Analisis Tawuran Antar Pelajar SMA 70 Dan SMK 712 Jakarta, diantaranya :

Rumusan Masalah
Dalam tugas analisis ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
  1. Bagaimana tawuran ini bisa terjadi di kalangan pelajar SMA 70 dan SMK 712 Jakarta? 
  2. Upaya apa yang dilakukan oleh pihak sekolah dan keluarga untuk mencegah terjadinya tawuran ?                            
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan tugas analisis ini adalah :
  1. Memberi gambaran mengenai terjadinya tawuran di kalangan pelajar ? 
  2. Memberi gambaran mengenai upaya yang akan dilakukan oleh pihak sekolah dan keluarga untuk mencegah terjadinya tawuran.
Analisis
  • Tawuran di Kalangan Pelajar SMA 70 dan SMK 712 Jakarta
                Sekolah menjadi bagian dari struktur sosial karena sekolah merupakan lembaga pendidikan yang pada kenyataan empirisnya terdapat banyak fungsi yang di timbulkan dari lembaga tersebut. Pada sejarahnya sekolah banyak melahirkan insan yang mengangkat harkat dan martabat bangsanya. Sekolah masih di pertahankan sampai saat ini karena lembaga tersebut masih banyak menghasilkan fungsi bagi setiap individu. Namun pada kenyataan empiris terdapat sisi disfungsi dari lembaga tersebut. Pada akhir-akhir ini terdapat suatu fenomena sosial yang menghebohkan dari lembaga pendidikan.
                Pada dasarnya tawuran antar pelajar itu terjadi karena beberapa faktor ; Pertama, Faktor internal. remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Komplek disini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsangan dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang atau pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Kedua, Faktor keluarga. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan  (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Ketiga, Faktor sekolah. Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus di nilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan diluar sekolah bersama teman-temannya.baru setelah itu masalah pendidikan, dimana guru kelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam mendidik siswanya. Keempat, Faktor Lingkungan. Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula saranan transportasi umum yang sering menomor sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semua itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.

  • Upaya yang akan dilakukan oleh pihak sekolah dan keluarga untuk mencegah terjadinya tawuran.
Dari berbagai uraian masalah tawuran antar pelajar di atas dapat ditarik upaya yang harus dilakukan dalam menangani masalah tersebut yaitu; Pertama, membuat peraturan yang tegas. misalnya bagi siswa-siswi yang terlibat dalam tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. Kedua, memberikan pendidikan anti tawuran. Misalnya pelajar diberi pemahaman tentang tata cara menghancurkan akar-akar penyebab tawuran dengan melakukan tindakan-tindakan tanpa kekerasan jika terjadi suatu hal, selalu berperilaku sopan dan melaporkan rencana pelajar-pelajar badung yang merencanakan penyerangan terhadap sekolah lain. Ketiga, memisahkan pelajar berontak kriminal dari yang lainnya. Keempat, kolaborasi belajar bersama antar sekolah. Kelima, mengadakan program ekstrakurikuler yang melibatkan berbagai sekolah. Keenam, upaya damai semua pihak yang terlibat tawuran. Ketujuh, peran aktif dalam hal ini dinas pendidikan. Dinas pendidikan melakukan penyelidikan dan evaluasi ke setiap sekolah-sekolah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar