Senin, 10 Juni 2013

Pendidikan Nilai dan Perilaku Sosial

Hakikat dan Makna Nilai
Nilai itu adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Yang dimaksud dengan hakikat dan makna nilai adalah berupa : Norma, Etika, Peraturan, Undang-undang, Adat kebiasaan, dan Aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang.
Nilai itu bersifat abstrak, nilai itu berada dibalik fakta, nilai itu memunculkan tindakan, nilai itu terdapat dalam moral seseorang, nilai itu muncul sebagai ujung proses psikologis, dan berkembang kearah yang lebih kompleks.

Kattsoff mengatakan bahwa hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara: (1) Nilai sepenuhnya berhakekat subyektif, tergantung kepada pengalaman manusia pemberi nilai itu sendiri. (2) Nilai merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontology, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal, dan (3) Nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan.  (Kattsoff dalam Rohmat Mulyana. 2004. Hal 323. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai.)
Nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir atau bertindak. Umumnya, nilai dipelajari sebagai hasil dari pergaulan atau komunikasi antar individu dalam kelompok seperti keluarga, himpunan keagamaan, kelompok masyarakat atau persatuan dari orang-orang yang satu tujuan.  Nilai yang ada di masyarakat sangat bervariasi sesuai dengan tingkat keragaman kelompok masyarakat. Heterogenitas nilai ini tentu menimbulkan masalah tersendiri bagi guru dalam pembelajaran IPS di kelas. (Dr. Sapriya, M.Ed. 2009. Hal 54. Pendidikan IPS.) Agar ada kejelasan dalam mengkaji nilai di masyarakat, maka nilai dapat dibedakan atas nilai substantif dan nilai prosedural.

1.    Nilai Substantif

Nilai substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata. Hal ini tergantung pada kondisi atau iklim keluarga masing-masing yang berbeda satu sama lain. Ada kondisi keluarga yang harmonis, dalam interaksi saling menghargai, bertutur kata halus, disiplin, dan sebagainya, namun ada pula kondisi keluarga yang serba kaku, bertutur kata kasar, saat bicara saling membentak, dan sebagainya.
Dalam mempelajari nilai substantif, para siswa perlu memahami proses-proses, lembaga-lembaga, dan aturan-aturan untuk memecahkan konflik dalam masyarakat demokratis. Dengan kata lain, siswa perlu mengetahui bahwa ada keragaman nilai dalam masyarakat dan mereka perlu mengetahui isi nilai dan implikasi dari nilai-nilai tersebut dengan belajar nilai substantif, siswa seyogyanya menjadi terampil dalam mengenal dan mengalisis kedudukan nilai dari aneka ragam kelompok.

2.    Nilai Prosedural

Nilai-nilai prosedural yang perlu dilatih atau di belajarkan antara lain nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan menghargai pendapat orang lain. Nilai-nilai kunci ini merupakan nilai yang menyongkong masyarakat demokratis, seperti: toleran terhadap pendapat yang berbeda, menghargai bukti yang ada, kerja sama, dan menghormati pribadi orang lain.

Apabila kelas IPS dimaksudkan untuk mengembangkan partisipasi siswa secara efektif dan di harapkan semakin memahami kondisi masyarakat Indonesia yang berraneka ragam, maka siswa perlu mengenal dan berlatih menerapkan nilai-nilai tersebut. 

Untuk lebih jelasnya mengenai materi Pendidikan Nilai dan Perilaku Sosial silakan download link ini (Download)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar